Kamis, 03 April 2014

Hidup Begitu Menyenangkan

HIDUP BEGITU MENYENANGKAN


Awal Februari lalu saya, kembali Pulang kampung dalam rangka memenuhi undangan teman-teman Alumni, Bukittinggi masih menjadi kota yang cantik, walaupun kesemrautan di beberapa titik mulai mengganggu, Walikotanya Bilang, mau di apakan pun Bukiittinggi ini, akan sulit di tata lebih baik, karena keterbatasan lahan, Diapit Oleh Gunung Marapi, dan Lembah ngarai Sianok.

Lain kali saya ingin menulis khusus tentang Bukittinggi.

Saya berkeliling ke kampung-kampung yang ada di kaki gunung marapi menyapa sahabat-sahabat masa lalu, yang kini telah menjadi tokoh masyarakat, Guru, Petani, Wira Usahawan, Politisi, Pejabat Pemerintah...luar biasa.. Apapun Profesinya mereka telah menjadi pahlawan bagi keluarganya.

Suatu Pagi Sambil Menghirup Kopi kawa..yang luar biasa dan setelah menghabiskan sipiring Katupek gulai Paku..saya menatap satu sosok tubuh ringkih yang sedang duduk..merenung menatap kehamparan sawah yang menghijau sampai ke kaki langit.

Usianya sekitar 3/4 abad..gurat-gurat ketuaan dan garis kehidupan yang panjang jelas terlukis di wajahnya.

"Nama saya Malin" begitu beliau memulai kisahnya"

dari dulu sampai sekarang saya petani, jika pagi hari sambil menuntun kerbau saya turun kesawah..siang hari pergi mencari rumput, untuk dijual dan di makan kerbau peliharaan sendiri.

Anak saya 3 laki-laki dan 2 perempuan semuanya ada di Rantau...mereka kini telah bekeluarga dan menetap disana. Istri saya lima tahun yang lalu telah meninggal.

Kini saya hidup bersama keponakan perempuan yang menetap di kampung bersama keluarganya.

dulu waktu anak-anak masih sekolah, saya bekerja ya seperti ini, kalau musim kemarau saya mesti turun lebih pagi bahkan tengah malam..untuk menjemput air kehulu agar sawah saya bisa di airi, kadang-kadang mesti berjaga semalaman agar orang lain tidak membelokkan arah air yang menjadi giliran sawah saya untuk di airi.

kalau anak-anak minta kiriman untuk biaya sekolah, pas lagi Musim Panen nggak ada masalah tapi kalau Pas lagi kemarau saya mesti bekerja menyabit rumput, atau ikut membantu orang menggarap ladang atau apa saja agar uangnya cukup untuk biaya anak-anak.

Kadang-kadang beras di rumah sudah habis, saya dan Istri hanya makan Ubi Kayu yang direbus, trus dikasi parutan kelapa dan sedikt gula, itulah menu kami... yang penting anak bisa sekolah dan mereka tidak ketinggalan dari teman-teman sebayanya.

Kini kelima anak saya sudah tamat sekolah, ada yang jadi Guru, Jadi pegawai negeri, Pengusaha, dan pengacara.

Kini saya hidup sendiri..saya tak mau hidup membebani anak..biarlah mereka menikmati betapa indahnya hidup ini tanpa di ganggu dengan fikiran mesti balas jasa ke Orang Tua, karena seperti saya, mereka sekarang punya kewajiban pada anak-anaknya.

Orang mungkin melihat kasihan Pada Pak malin..setelah bekerja keras bertahun-tahun..menyekolahkan anak, ketika anak sukses si bapak tetap saja di kampung Jadi petani, terbakar panas terik matahari, Mesti begadang dimusim kemarau, menyabit rumput untuk ternak.

Pak Malin sendiri hidup Bahagia..memiliki begitu banyak harta, Kecintaan dan kebanggaan pada apapun yang dikerjakannya...tak pernah di ukur seberapa banyak yang akan diperolehnya kembali sebagai hasil jerih payahnya, Baginya hidup adalah bekerja...tak mesti mendapat banyak..tetapi harus bermanfaat.....

"hidup ini terlalu indah untuk diisi dengan berbagai tuntuntan, karena dengan tuntutan kita hanya akan menjadi orang yang terpaksa dan di paksa untuk memenuhi semua keinginan, bagi saya bekerja itu spirit hidup..dengan bekerja saya merasa hidup dan telah menghargai kehidupan yang di berikan tuhan...kalau saya sudah bekerja sungguh- sungguh, lalu tuhan hanya memberi sedikit...ya Tidak apa-apa...Saya tetap bersyukur karena saya diberikan kesempatan untuk menikmati hidup, di Usia saya yang sudah tua ini, saya tetap sehat sehingga bisa kerja...untuk siapa saya bekerja...bukan untuk orang lain..tapi untuk diri saya sendiri..hasilnya biarlah untuk anak dan cucu...tapi kerja itulah kenikmatan saya.

Begitulah Pak Malin..sosok tua ringkih.yang terkesan lemah ternyata beliau orang yangg mampu menikmati kehindahan hidup dengan caranya tak menyesali apapun, tak menuntut apapun...

Hidup ini begitu menyenangkan.

"Salam Sukses"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar